PERJALANAN CINTA IX
Lamanya kebersamaan
Dapatkah mendatangkan rasa nyaman
Membuang setiap kegelisahan
Menjawab semua pertanyaan
Tepat jam 10 pagi uci dan ulfah berangkat dari stasiun lenteng agung jakarta menuju bandung, uci nampak kelelahan dan tertidur dikursinya, sedangkan ulfah tak sedikitpun dia mampu memejamkan matanya, dia terus saja mengingat mba alfi, sesekali air matanya menetes keluar, namun ulfah sadar dia harus bisa menerima kenyataan, dia harus berhenti berharap bahwa mba alfi adalah ibu kandungnya, ulfah masih punya anak-anak istana cinta yang harus dia urus.
Ulfah berusaha tegar, dan mencoba menghapus bayangan mba alfi, suasana dalam kereta membantu ulfah untuk sedikit melupakan mba alfi, ini perjalanan ulfah naik kereta untuk pertama kali, dipilihnya kereta untuk perjalanan pulang, karena untuk menghindari macet, dan juga ongkosnya juga lebih murah.
Perlahan ulfah mulai melihat ke sekeliling, mata ulfah tertuju pada salah satu penumpang bapak-bapak, yang kalau dilihat postur tubuh dan paras wajahnya, dia seperti keturunan orang arab, bapak-bapak tersebut tidak kebagian tempat duduk, dia begitu santai berdiri sambil membaca sesuatu, alangkah takjubnya ulfah, ketika tahu yang dibaca oleh bapak-bapak itu adalah al-qur’an. hati ulfah bergumam ”Ya, Allah . dia sedang mengaji”
Bapak-bapak itu tampak menikmati isi kandungan al-qur’an yang dibacanya, dia tidak memperdulikan pandangan mata orang-orang yang terheran dengan apa yang sedang dia perbuat. Pandangan ulfah kemudian tertuju pada seorang anak kecil yang kira-kira berumur satu tahun, yang tidak henti-hentinya menangis, ibunya berusaha membuat anaknya diam dengan berbagai macam cara, tapi anak itu tetap tidak mau diam.
Orang-orang didalam kereta juga berusaha membuat anak itu berhenti menangis, termasuk ulfah, kemudian uci yang langsung terbangun ketika mendengar tangisan anak itu, tapi anak itu tetap tidak mau berhenti menangis. Bapak-bapak yang sedang membaca al-qur’an itu, yang meskipun terlihat tidak perduli, namun siapa sangka, lantas dia mendekat, kemudian dia menyuruh kepada ibu anak itu untuk menyodorkan air, dia lantas berdo’a dan ditiupkan ke dalam air itu, Subhanallah setelah anak itu meminum air itu, lantas anak itu langsung terdiam dan tertidur. Ada rasa kagum yang menyelinap dalam hati ulfah, kepada bapak-bapak itu, ulfah lagi-lagi berandai-andai, jika saja bapak-bapak itu adalah ayahnya.
Kereta terus melaju, dan sesekali berhenti di setiap stasiun untuk menurunkan atau membawa penumpang, suasana tenang perlahan membuat ulfah mengantuk dan tertidur dalam pundak uci. Tiba di stasiun Djuanda, ulfah tiba-tiba dibangunkan dengan suara yang sepertinya sangat dia kenal, memanggil-manggil namanya.
”ulfah, ulfah, ulfah...........................................................”
Ulfah mengucek-ngucek matanya, takjub dengan apa yang baru saja dia lihat, dia terus bergumam ”tidak, tidak, ini pasti mimpi............” tapi kemudian pertanyaan uci membuat ulfah sadar, bahwa yang baru saja dilihatnya bukan mimpi.
”ulfah, itukan mba alfi, untuk apa dia berada disini?”
”aku gak tahu ucu”
”dia terus-terusan memanggil nama kamu, ayo kita kesana”
Kereta terus melaju, meninggalkan stasiun Djuanda, sementara itu pertanyaan tentang apakah benar ikatan batin itu ada antara ulfah dan mba alfi mulai terjawab.
”ulfah, ulfah...........................”
”ibu, ini ulfah, bu...............”
Mba alfi langsung memeluk ulfah, seolah dia tidak ingin kehilangan ulfah untuk kedua kalinya.
”ulfah, kamu tidak boleh pegi, kamu tidak boleh meninggalkan ibu”
”tapikan bu,.................................”
”di stasiun berikutnya, kita berhenti ya, nanti akan ibu ceritakan semuanya”
Bagaimana bisa, ulfah menolak permintaan mba alfi, dia menurut saja ketika mba alfi mengajak ulfah turun dari kereta dan membawanya ke rumahnya.
Tiba di rumah mba alfi, ternyata disana sudah ada bunda di panti, yang mengasuh ulfah.
”bunda, mengapa bunda ada disini?”
”biar ibu jelaskan ulfah, bunda ke sini dijemput sama orang suruhan ibu nak”
”apa , ibu menjemput bunda, untuk apa bu?”
”untuk memperjelas semuanya sayang”
Mba alfi kemudian menanyakan sesuatu kepada bunda panti.
”bunda, bagaimana dan dimana ulfah ditemukan di panti untuk pertama kali?”
”delapan belas tahun yang lalu, pada pagi-pagi buta, ketika itu hujan turun sangat deras, tiba-tiba dari teras terdengar suara tangisan bayi, kami tak tahu siapa yang menyimpan bayi itu dan kami juga tidak tahu dari mana asal bayi itu, namun disamping bayi itu ada sebuah surat yang berisikan, ibu sang bayi meminta kami untuk merawat bayi itu dengan baik, dia memberikan anting putih sebagai kenang-kenangan untuk anaknya”
Mba alfi terisak mendengar cerita bunda panti, kemudian dia berkata
”kemudian bu, siapakah bayi tersebut”
”bayi tersebut adalah ulfah ini”
Mba alfi kemudian memanggil pak supir yang dulu membuang bayinya di panti asuhan.
”bapak, apakah bapak masih ingat dimana bapak menyimpan bayi saya dulu”
”iya, saya masih ingat, dulu saya membuang bayi itu, dipanti asuhan permata bunda bandung”
”tidak salah lagi, ulfah adalah anak kandungku, ulfah, sini nak, ini ibu, ibu kandungmu.
Tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, ulfah menyuruh uci untuk mencubitnya. Alangkah bahagianya ulfah ternyata mba alfi itu benar-benar ibu kandungnya. Sujud syukur ulfah atas nikmat yang luar biasa ini. Akhirnya mba alfi dan ulfah dipertemukan lagi oleh Allah, ulfah memutuskan untuk tidak pulang kebandung, dan menitipkan anak-anak pada uci, ucipun kembali ke bandung dengan perasaan yang penuh haru atas kejadian yang menimpa ulfah, sungguh Allah yang maha mengatur segalanya, perkara yang tidak mungkin dalam pandangan manusia, bagi Allah semuanya bisa menjadi mungkin.
***
Sementara itu pengagum rahasia kak jamilah, belum juga terbongkar identitasnya, jangankan untuk melamar, bahkan kak enda masih belum punya keberanian untuk berbicara langsung kepada kak jamilah, untuk mengakui bahwa dirinyalah pengagum rahasia kak jamilah.
Aku sudah pasrah, dan tidak mau memaksa kak enda lagi, sampai tiba disuatu malam, ketika aku hendak mengambil air wudlu, aku mendengar suara kak enda sedang menangis, aku terkaget, aku segera menuju kamar kak enda, kudapati kak enda sedang dalam keadaan tertidur. Pikiranku saat itu, mungkin kak enda sedang bermimpi buruk, akupun segera membangunkannya.
”kak, kak, kak enda, kakak kenapa kak?”
”Astaghfirullahal’adziim........................ternyata itu Cuma mimpi”
”kakak, mimpi apa, ko sampai membuat kakak menangis?”
”tidak, ci..........ini sudah jam berapa ci?”
”ini sudah jam 03 kak”
”kalau begitu, ayo kita shalat”
Keesokan harinya, kak enda seperti bergegas menuliskan sesuatu, kemudian dia segera keluar rumah, entah mau kemana. Pada malam harinya aku disuruh kak enda untuk berdandan rapih, katanya kita mau pergi ke suatu tempat, aku tidak menanyakan kemana, aku menurut saja perintah kak enda.
Kak enda pun terlihat berpakian sangat rapih, akupun mengira bahwa kita akan pergi ketempat yang penting. Ketika kami mau berangkat, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk, ada seorang laki-laki tua, yang kak enda memanggilnya, dengan sebutan paman. Ternyata kami tidak pergi berdua tapi pergi bertiga.
Aku tak mampu berkata apa-apa, saat aku tahu tempat yang dituju itu, tidak lain, adalah rumah kak jamilah. Dengan mata takjub, kak jamilah mempersilahkan kami masuk. Kak enda dengan diwakili paman, menyatakan maksud kedatangan kami kepada keluarga kak jamilah, yakni untuk melamar kak jamilah. Orangtua kak jamilah menyerahkan semua keputusan kepada kak jamilah, Dengan berlinang air mata kebahagiaan, kak jamilahpun menjawab ’iya’.
Subhanallah Walhamdulillah, hari ini benar-benar penuh dengan kejutan, siapa sangka hanya karena mimpi kak enda tadi malam, menimbulkan keberanian yang luar biasa yang timbul dalam dalam diri kak enda. Dalam mimpinya, dia melihat kak jamilah menikah dengan laki-laki lain, dan itu membuatnya merasa sakit, makanya sebelum terlambat, kak enda cepat-cepat menulis surat kepada kak jamilah, bahwa dia sang pengagum rahasianya, akan datang kerumahnya. Kak endapun segera menelefon paman dari bandung untuk datang.
Semua bersepakat bahwa hari pernikahan akan dilaksanakan, yakni sebelum Ramadhan tiba, aku berjanji kepada kak enda, akan memberikannya kado istimewa dihari bahagianya itu. Aku menyuruh uci untuk pulang ke ciamis, aku tidak sabar melihat reaksi kak enda, aku pun sudah sangat merasa kangen ingin bertemu dengan saudara kembarku itu.
***
Hari bahagia itupun tiba, kak enda tampak begitu tampan dengan pakaian pengantin yang dikenakannya, Kak jamilahpun begitu cantik, mereka sungguh pasangan yang serasi, selesai ’akad, para tamu undanganpun dipersilahkan untuk memberi ucapan selamat dan menikmati hidangan yang ada.
Selesai acara, sesuai dengan yang aku janjikan, aku akan memberikan kado istimewa untuk kak enda. akupun menyuruh kak enda untuk menutup matanya terlebih dahulu.. Setelah kak enda membuka matanya, kak enda terlihat begitu kaget.
”kak enda pasti kecapean, dalam penglihatan kak enda, ko ucinya ada dua ya?”
”emang benar-benar ada dua kak, uci dan ucu”
”Subhanallah, benarkah?”
”iya kak, ternyata ucu masih hidup, dia tinggal dibandung, ada keluarga yang mengangkatnya menjadi anak”
”terus yang mana ucu?”
”aku ucu kak, kami tertukar di terminal lewi panjang, cicaheum, bandung. Keluarga ucu membawa uci, dan kakak membawa aku, ucu”
”jadi, perubahan sikapmu yang begitu drastis itu, itu karena kamu bukan uci, tapi ucu, iya?”
”iya, kak”
”Subhanallah.........................................”
Kak enda kemudian bersujud syukur, dan memeluk kami satu persatu, seketika itu, lautan rindu itu membuncah keluar, menjadi tetesan-tetesan air mata yang tak tertahan. Kak jamilah kemudian datang.
”suamiku, aku jadi cemburu, melihat kemesraan kalian”
Kak enda kemudian menghapus air matanya, dan berkata.
”istriku, tak usahlah kamu merasa cemburu, karena dari dulu kamu satu-satunya dihatiku, dan aku akan membagi kebahagiaan ini bersamamu”
Kak jamilahpun memeluk kami, dan diapun merasakan kebahagiaan seperti yang kami rasakan.
”aku punya kejutan buat kamu ucu”
”apa itu ci?”
”lihatlah, siapa yang ku bawa”
”Subhanallah, ayah................ibu...................ulfah..................MasyaAllah, anak-anak, sungguh saudariku, ini kejutan yang luar biasa, aku kangen sekali sama kalian.................”
”Ya, Rabb sungguh luar biasa nikmat yang Kau berikan, Terimakasih Ya, Allah...............................”
Perjalanan cinta adalah sebuah proses, setiap orang pasti akan mengalaminya, pada akhirnya kita akan dipertemukan Allah pada pasangan yang terbaik untuk kita, menurut pandanganNYA, bukan menurut pandangan kita, karena Dia lebih mengenal kita ,melebihi diri kita sendiri.
Aku dan saudara kembarku, akhirnya bisa bertemu, dan merasakan indahnya kebersamaan ini, seperti apakah perjalanan cinta kami nantinya, hanya Allah yang tahu...........................................................................
............................tamat........................
Tasikmalaya, 6 Oktober 2010
Maha karya By : Ade Ita Fatimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar