PERJALANAN CINTA IV
Aku menjadi lemah
Saat yang menjadi sandaran hatiku pergi
Aku menjadi Risau
Saat yang menjadi semangat jiwaku hilang
Aku menjadi galau
Saat yang menjadi pelindung diriku telah tiada
Aku begitu heran ketika ucu bertanya, siapa saja wanita yang pernah dekat sama kak enda?, jujur aku menjawab bahwa tak ada satupun wanita yang selama ini dekat dengan kak enda, apa lagi yang namanya ’sang langit’ , apakah itu nama panggilan, atau nama kiasan, atau mungkin nama sebenarnya?, siapapun dia, mudah-mudahan ucu cepat-cepat mengetahuinya aamiin.
Lain halnya denganku, aku sedang di buat bingung dengan tingkah laku ros yang tiba-tiba berubah, dia berubah menjadi 180 derajat, dia merubah penampilannya, gaya bahasanya, sikapnya, yang terkesan apik dan di buat-buat, seolah-olah dia sedang mencari simpati dari semua keluarga ayah. Terbukti perubahan tingkah lakunya itu membuat seluruh keluarga ayah terkagum-kagum di buatnya, begitupun dengan nenek.
Bagiku itu bukan masalah, karena memang sepantasnya dia mendapat perhatian yang khusus dari nenek, karena dia cucu kandung nenek. Aku juga tidak keberatan saat keluarga ayah selalu memujinya, karena dia memang pantas di puji, dia telah berubah menjadi lebih baik.
Namun keanehan itu mulai ku rasakan, saat dia selalu berpura-pura baik padaku saat di depan nenek atau yang lain, tapi kebencian dia terhadapku, masih selalu dia tunjukkan saat aku hanya berdua dengannya.
Aku merasa menjadi tak nyaman di buatnya, aku tak tahu harus bersikap apa untuk menanggapinya. Kejadian itu pun tiba, saat ayah dan ibu pergi ke luar kota, waktu itu karena aku sendirian di rumah, aku memutuskan untuk menginap di rumah nenek, mengetahui aku menginap di rumah nenek, ros tiba-tiba datang dan memutuskan untuk menginap pula.
Tak sedikitpun terlintas di benakku, bahwa ros akan berbuat jahat terhadapku. Ketika pagi datang dan aku pulang kembali ke rumah ibu, baru 15 menit saja aku sampai, dan aku berniat untuk beres-beres rumah, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara nenek memanggilku dengan suara yang agak keras.
”ucu, ...........di mana kamu?”
”iya nek, kenapa nenek berteriak-teriak, ada apa nek?”
”apa benar kata ros, kamu mengambil perhiasan milik nenek?”
”perhiasan, perhiasan yang mana nek?”
Tiba-tiba ros datang dengan suara yang keras pula.
”bohong itu nek, dia pura-pura gak tahu, padahal ros melihat dengan mata kepala ros sendiri, dia mengambilnya, kalau gak percaya, nenek boleh lihat di tasnya ”
Nenek kemudian pergi ke kamar, lalu menggeledah tasku, dan alangkah terkejutnya aku bahwa dalam tasku ada perhiasan, yang aku sendiri tak tahu dari mana perhiasan itu berasal.
”nenek kecewa banget sama kamu cu”
”tapi nek, ucu bisa jelasin semuanya”
”sudah, kami gak usah ngomong apa-apa lagi, semua ini sudah cukup jelas”
***
Semenjak kejadian itu, aku merasa menjadi jauh dengan nenek, aku merasa semakin tidak nyaman tinggal di sini, tapi ucu selalu memintaku untuk bersabar, dan aku harus membuktikan pada nenek, bahwa aku tidak bersalah.
Aku mencoba bertahan, tapi cobaan itu datang lagi, miftah yang belajar bela diri padaku, pulang sekolah dengan keadaan babak belur. Bi nur dan suami begitu marah padaku, dan mereka menyalahkan aku atas semua yang terjadi, dan perkataan yang menyakitkan itu muncul ”dasar kamu anak pungut, gak tau balas budi, bisanya hanya membuat masalah saja”. Nenek yang biasanya membelaku, sekarang dia hanya diam tak berkata apa-apa.
***
Cobaan itu tampaknya belum berhenti, dan kemarahan nenek sudah sampai puncaknya, saat mengetahui dandi belajar naik motor padaku, dan gara-gara itu dandi mengalami kecelakaan dan dia harus di rawat di Rumah Sakit Cibabat, dengan suara lantang dan penuh keyakinan nenek mengusirku.
Maafkan aku saudara kembarku, aku tak bisa menjaga amanahmu, aku telah mengecewakanmu, dengan berat hati, aku harus pergi dari rumah orang tua angkatmu, dan kini aku tak tau mesti ku langkahkan kakiku kemana.
Dengan berbekal pakaian yang melekat di tubuhku, aku terus berjalan, aku tak mungkin ke rumah paman, karena nanti paman akan menjadi bingung, dan aku rasa belum saatnya paman tahu, tentang saudara kembarku ucu yang masih hidup.
Kelamaan berjalan, perutku menjadi lapar, saat ku periksa uang di dompetku, hanya bisa untuk beli air minum saja, tapi tidak apa-apa, mudah-mudahan dengan minum, rasa laparku bisa berkurang. Aku lalu mengunjungi warung terdekat, saat ku sodorkan uang pada sang pemilik warung, orang itu lalu tersenyum, dan menyapaku dengan begitu ramah.
” Subhanallah, ucu nikmah sahabatku, kamu ke mana saja?”
Aku hanya tersenyum, dan tidak menjawab apa-apa, kalau aku menjawab, bahwa aku tidak mengenalinya, dia pasti akan kecewa.
”lihat sahabatku, berkat kamu, aku bisa membuka warung sederhana ini, kamu kenapa diam saja, kamu tidak senang ya, ketemu sama aku?”
”tidak sahabatku, aku Cuma...........................................”
Aku lalu menceritakan kepadanya, tentang apa yang baru saja ku alami.
”kamu tenang saja ucu, kamu kan masih punya istana cinta”
”istana cinta?”
”iya, istana cinta, anak-anak pasti senang, karena akhirnya kamu bisa menginap di istana cinta mereka”
Setelah hari mulai sore, orang yang mengaku sahabat ucu itu, lalu menutup warungnya, dan mengajakku ke tempat yang di sebut istana cinta, aku penasaran seperti apa istana cinta itu. Setelah kami berjalan ± 15 menit, kami sampai pada suatu rumah mungil, yang di pinggir-pinggirnya tumbuh bunga-bunga yang bermekaran, keharuman bunga itu sungguh menyegarkan pernapasanku. Ketika pintu di ketuk, dan ucapan salam pun terucap. Tiba-tiba dari dalam rumah muncul anak-anak manis yang mungil yang kesemuanya memakai kerudung. Rasa haru menyelimutiku, saat mereka satu persatu mencium tanganku. Tak berselang lama adzan magribpun berkumandang, kami kemudian shalat berjama’ah, kemudian mengaji bersama.
Subhanallah, sungguh keindahan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, selepas shalat isya berjama’ah, orang yang mengaku sahabat ucu itu, yang ku ketahui belakangan, dari anak-anak yang memanggil namanya, bahwa namanya ulfah. Mengeluarkan hidangan makan malam, walaupun hanya dengan tempe goreng, tapi rasanya sangat nikmat, itu lah mungkin indahnya kebersamaan.
Selepas makan, mereka di biarkan untuk menyelesaikan urusan masing-masing, ada yang sibuk mengerjakan PR,ada yang langsung pergi gosok gigi dan mengambil air wudlu, kemudian tidur.
Tepat jam 22:00 semua anak-anak itu sudah beristirahat. Aku berharap, ulfah mau bercerita sesuatu, untuk menjawab semua rasa penasaranku. Tampaknya dia juga begitu lelah, dan akhirnya dia pun ikut beristirahat.
Aku tak mampu memejamkan mataku sedikitpun, aku teringat ucu yang mungkin akan sangat khawatir, saat aku tak mengangkat telfon darinya, belum lagi ayah dan ibu angkat ucu, yang nampaknya pasti akan sangat terkejut saat mereka pulang, mengetahui ucu telah berbuat kesalahan, yang membuat nenek marah dan mengusirnya.
***
Pagi hari yang cerah, anak-anak manis berkerudung itu, sudah pergi ke sekolah, sedangkan aku bersama ulfah pergi ke warung tempat aku bertemu dengan ulfah kemarin.
Sambil beres-beres warung, ulfah pun mulai menceritakan tentang istana cinta itu, persahabatan dia dan ucu, dan anak-anak manis berkerudung itu.
Ulfah dan ucu bersahabat sejak SMA, Ulfah sangat dekat dengan ucu, sehingga ulfah sudah menganggap ucu sebagai saudaranya sendiri, banyak hal yang di sukai ucu, juga di sukai ulfah, mereka juga memiliki nasib yang hampir sama. sama-sama tak tahu seperti apa orang tua kandung mereka, nasib ucu lebih beruntung dari pada ulfah, ucu di besarkan oleh keluarga yang cukup berada, sedangkan ulfah di besarkan di panti asuhan, dan yang lebih menyedihkan lagi ulfah di buang di sana, orang tua ulfah sedikitpun, tidak memberikan sebuah petunjuk, tentang identitas mereka, sehingga ulfah selalu menganggap bahwa orang tua kandungnya telah tiada.
Ulfah dan ucu sangat peduli sama nasib anak-anak pemulung yang berada di sekitar sekolah mereka, dengan usaha keras cari sumbangan sana-sini, akhirnya mereka berhasil membangun rumah kecil, tempat menampung anak-anak pemulung itu, dan rumah kecil itu, di beri nama ”istana cinta”.
Ucu memberikan semua tabungannya selama tiga tahun kepada ulfah, dan ulfah pun berinisiatif untuk di jadikan modal usaha, jadilah sebuah warung sederhana, yang letaknya tak jauh dari istana cinta.
Subhanallah, di balik musibah, pasti ada hal istimewa yang bisa di ambil hikmah, mungkin aku akan banyak belajar dari peristiwa ini, aku semakin kagum sama saudara kembarku ucu, aku jadi tak sabar ingin bertemu dengannya. Astagfirullah, aku baru ingat ucu pasti khawatir banget padaku, aku harus menelefonnya............................................
.....................bersambung...............................
Aku menjadi lemah
Saat yang menjadi sandaran hatiku pergi
Aku menjadi Risau
Saat yang menjadi semangat jiwaku hilang
Aku menjadi galau
Saat yang menjadi pelindung diriku telah tiada
Aku begitu heran ketika ucu bertanya, siapa saja wanita yang pernah dekat sama kak enda?, jujur aku menjawab bahwa tak ada satupun wanita yang selama ini dekat dengan kak enda, apa lagi yang namanya ’sang langit’ , apakah itu nama panggilan, atau nama kiasan, atau mungkin nama sebenarnya?, siapapun dia, mudah-mudahan ucu cepat-cepat mengetahuinya aamiin.
Lain halnya denganku, aku sedang di buat bingung dengan tingkah laku ros yang tiba-tiba berubah, dia berubah menjadi 180 derajat, dia merubah penampilannya, gaya bahasanya, sikapnya, yang terkesan apik dan di buat-buat, seolah-olah dia sedang mencari simpati dari semua keluarga ayah. Terbukti perubahan tingkah lakunya itu membuat seluruh keluarga ayah terkagum-kagum di buatnya, begitupun dengan nenek.
Bagiku itu bukan masalah, karena memang sepantasnya dia mendapat perhatian yang khusus dari nenek, karena dia cucu kandung nenek. Aku juga tidak keberatan saat keluarga ayah selalu memujinya, karena dia memang pantas di puji, dia telah berubah menjadi lebih baik.
Namun keanehan itu mulai ku rasakan, saat dia selalu berpura-pura baik padaku saat di depan nenek atau yang lain, tapi kebencian dia terhadapku, masih selalu dia tunjukkan saat aku hanya berdua dengannya.
Aku merasa menjadi tak nyaman di buatnya, aku tak tahu harus bersikap apa untuk menanggapinya. Kejadian itu pun tiba, saat ayah dan ibu pergi ke luar kota, waktu itu karena aku sendirian di rumah, aku memutuskan untuk menginap di rumah nenek, mengetahui aku menginap di rumah nenek, ros tiba-tiba datang dan memutuskan untuk menginap pula.
Tak sedikitpun terlintas di benakku, bahwa ros akan berbuat jahat terhadapku. Ketika pagi datang dan aku pulang kembali ke rumah ibu, baru 15 menit saja aku sampai, dan aku berniat untuk beres-beres rumah, tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara nenek memanggilku dengan suara yang agak keras.
”ucu, ...........di mana kamu?”
”iya nek, kenapa nenek berteriak-teriak, ada apa nek?”
”apa benar kata ros, kamu mengambil perhiasan milik nenek?”
”perhiasan, perhiasan yang mana nek?”
Tiba-tiba ros datang dengan suara yang keras pula.
”bohong itu nek, dia pura-pura gak tahu, padahal ros melihat dengan mata kepala ros sendiri, dia mengambilnya, kalau gak percaya, nenek boleh lihat di tasnya ”
Nenek kemudian pergi ke kamar, lalu menggeledah tasku, dan alangkah terkejutnya aku bahwa dalam tasku ada perhiasan, yang aku sendiri tak tahu dari mana perhiasan itu berasal.
”nenek kecewa banget sama kamu cu”
”tapi nek, ucu bisa jelasin semuanya”
”sudah, kami gak usah ngomong apa-apa lagi, semua ini sudah cukup jelas”
***
Semenjak kejadian itu, aku merasa menjadi jauh dengan nenek, aku merasa semakin tidak nyaman tinggal di sini, tapi ucu selalu memintaku untuk bersabar, dan aku harus membuktikan pada nenek, bahwa aku tidak bersalah.
Aku mencoba bertahan, tapi cobaan itu datang lagi, miftah yang belajar bela diri padaku, pulang sekolah dengan keadaan babak belur. Bi nur dan suami begitu marah padaku, dan mereka menyalahkan aku atas semua yang terjadi, dan perkataan yang menyakitkan itu muncul ”dasar kamu anak pungut, gak tau balas budi, bisanya hanya membuat masalah saja”. Nenek yang biasanya membelaku, sekarang dia hanya diam tak berkata apa-apa.
***
Cobaan itu tampaknya belum berhenti, dan kemarahan nenek sudah sampai puncaknya, saat mengetahui dandi belajar naik motor padaku, dan gara-gara itu dandi mengalami kecelakaan dan dia harus di rawat di Rumah Sakit Cibabat, dengan suara lantang dan penuh keyakinan nenek mengusirku.
Maafkan aku saudara kembarku, aku tak bisa menjaga amanahmu, aku telah mengecewakanmu, dengan berat hati, aku harus pergi dari rumah orang tua angkatmu, dan kini aku tak tau mesti ku langkahkan kakiku kemana.
Dengan berbekal pakaian yang melekat di tubuhku, aku terus berjalan, aku tak mungkin ke rumah paman, karena nanti paman akan menjadi bingung, dan aku rasa belum saatnya paman tahu, tentang saudara kembarku ucu yang masih hidup.
Kelamaan berjalan, perutku menjadi lapar, saat ku periksa uang di dompetku, hanya bisa untuk beli air minum saja, tapi tidak apa-apa, mudah-mudahan dengan minum, rasa laparku bisa berkurang. Aku lalu mengunjungi warung terdekat, saat ku sodorkan uang pada sang pemilik warung, orang itu lalu tersenyum, dan menyapaku dengan begitu ramah.
” Subhanallah, ucu nikmah sahabatku, kamu ke mana saja?”
Aku hanya tersenyum, dan tidak menjawab apa-apa, kalau aku menjawab, bahwa aku tidak mengenalinya, dia pasti akan kecewa.
”lihat sahabatku, berkat kamu, aku bisa membuka warung sederhana ini, kamu kenapa diam saja, kamu tidak senang ya, ketemu sama aku?”
”tidak sahabatku, aku Cuma...........................................”
Aku lalu menceritakan kepadanya, tentang apa yang baru saja ku alami.
”kamu tenang saja ucu, kamu kan masih punya istana cinta”
”istana cinta?”
”iya, istana cinta, anak-anak pasti senang, karena akhirnya kamu bisa menginap di istana cinta mereka”
Setelah hari mulai sore, orang yang mengaku sahabat ucu itu, lalu menutup warungnya, dan mengajakku ke tempat yang di sebut istana cinta, aku penasaran seperti apa istana cinta itu. Setelah kami berjalan ± 15 menit, kami sampai pada suatu rumah mungil, yang di pinggir-pinggirnya tumbuh bunga-bunga yang bermekaran, keharuman bunga itu sungguh menyegarkan pernapasanku. Ketika pintu di ketuk, dan ucapan salam pun terucap. Tiba-tiba dari dalam rumah muncul anak-anak manis yang mungil yang kesemuanya memakai kerudung. Rasa haru menyelimutiku, saat mereka satu persatu mencium tanganku. Tak berselang lama adzan magribpun berkumandang, kami kemudian shalat berjama’ah, kemudian mengaji bersama.
Subhanallah, sungguh keindahan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, selepas shalat isya berjama’ah, orang yang mengaku sahabat ucu itu, yang ku ketahui belakangan, dari anak-anak yang memanggil namanya, bahwa namanya ulfah. Mengeluarkan hidangan makan malam, walaupun hanya dengan tempe goreng, tapi rasanya sangat nikmat, itu lah mungkin indahnya kebersamaan.
Selepas makan, mereka di biarkan untuk menyelesaikan urusan masing-masing, ada yang sibuk mengerjakan PR,ada yang langsung pergi gosok gigi dan mengambil air wudlu, kemudian tidur.
Tepat jam 22:00 semua anak-anak itu sudah beristirahat. Aku berharap, ulfah mau bercerita sesuatu, untuk menjawab semua rasa penasaranku. Tampaknya dia juga begitu lelah, dan akhirnya dia pun ikut beristirahat.
Aku tak mampu memejamkan mataku sedikitpun, aku teringat ucu yang mungkin akan sangat khawatir, saat aku tak mengangkat telfon darinya, belum lagi ayah dan ibu angkat ucu, yang nampaknya pasti akan sangat terkejut saat mereka pulang, mengetahui ucu telah berbuat kesalahan, yang membuat nenek marah dan mengusirnya.
***
Pagi hari yang cerah, anak-anak manis berkerudung itu, sudah pergi ke sekolah, sedangkan aku bersama ulfah pergi ke warung tempat aku bertemu dengan ulfah kemarin.
Sambil beres-beres warung, ulfah pun mulai menceritakan tentang istana cinta itu, persahabatan dia dan ucu, dan anak-anak manis berkerudung itu.
Ulfah dan ucu bersahabat sejak SMA, Ulfah sangat dekat dengan ucu, sehingga ulfah sudah menganggap ucu sebagai saudaranya sendiri, banyak hal yang di sukai ucu, juga di sukai ulfah, mereka juga memiliki nasib yang hampir sama. sama-sama tak tahu seperti apa orang tua kandung mereka, nasib ucu lebih beruntung dari pada ulfah, ucu di besarkan oleh keluarga yang cukup berada, sedangkan ulfah di besarkan di panti asuhan, dan yang lebih menyedihkan lagi ulfah di buang di sana, orang tua ulfah sedikitpun, tidak memberikan sebuah petunjuk, tentang identitas mereka, sehingga ulfah selalu menganggap bahwa orang tua kandungnya telah tiada.
Ulfah dan ucu sangat peduli sama nasib anak-anak pemulung yang berada di sekitar sekolah mereka, dengan usaha keras cari sumbangan sana-sini, akhirnya mereka berhasil membangun rumah kecil, tempat menampung anak-anak pemulung itu, dan rumah kecil itu, di beri nama ”istana cinta”.
Ucu memberikan semua tabungannya selama tiga tahun kepada ulfah, dan ulfah pun berinisiatif untuk di jadikan modal usaha, jadilah sebuah warung sederhana, yang letaknya tak jauh dari istana cinta.
Subhanallah, di balik musibah, pasti ada hal istimewa yang bisa di ambil hikmah, mungkin aku akan banyak belajar dari peristiwa ini, aku semakin kagum sama saudara kembarku ucu, aku jadi tak sabar ingin bertemu dengannya. Astagfirullah, aku baru ingat ucu pasti khawatir banget padaku, aku harus menelefonnya............................................
.....................bersambung...............................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar