PERJALANAN CINTA II
Tak bisakah kau tunggu sampai hujan itu reda
Bukankah kesabaran itu adalah yang utama
Hingga kau dapat melihat pelangi di sana
Dan itulah hikmah di balik ini semua
Seminggu berlalu aku menggantikan posisi ucu di sini, ada beberapa hal yang di miliki ucu dan tak ku miliki di antaranya adalah adanya keluarga yang utuh, ucu selalu mendapatkan kasih sayang, perhatian yang begitu besar dari keluarga angkatnya, terutama neneknya, waktu mendengar ucu mau pergi mencari keluarganya, neneknya langsung terjatuh sakit, alhasil ibu dan ayah ucu yang pada awalnya membolehkan ucu mencari keluarganya, tapi sekarang yang ku rasakan mereka begitu melarangnya, karena dampak dari semua itu adalah kesehatan nenek.
Sifat yang ucu miliki yang tak aku miliki adalah yaitu kelembutan, feminim dan kesabaran. aku yang sejak kecil di besarkan oleh kak enda dan tak mendapatkan kelembutan dari seorang ibu, sehingga aku tumbuh sebagai anak yang tomboy, cenderung egois dan tak mau mengalah.
Ada satu hal yang membuat aku lega, di saat aku tahu bahwa saudara kembarku masih hidup, pantas saja waktu kecelakaan itu mayatnya tak pernah di temukan, aku jadi tahu kenapa aku sering menangis dengan tiba-tiba tanpa tau penyebabnya, aku juga jadi tau kenapa tiba-tiba aku merasakan bahagia tanpa tau penyebabnya.
Tapi dalam kehidupan ini tidak selamanya indah, terkadang ada cobaan dan rintangan menghadang, sekarang aku harus berusaha menjadi ucu yang baik di sini, sifat ucu yang bertolak belakang dariku, membuatku berfikir apakah aku mampu?, tapi demi ucu, aku akan berusaha semampuku, termasuk menghadapi saudara-saudara ucu, putra dari bibinya yang begitu benci sama ucu, karena ucu menjadi cucu kesayangan nenek mereka, padahal mereka tahu ucu bukan cucu kandung nenek, tapi neneknya tak pernah memperlakukan mereka seperti perlakuan istimewa yang di berikan kepada ucu.
Aku selalu berkomunikasi dengan ucu melalui telfon, ucu selalu menelfon aku saat ibu dan ayahnya tak ada di rumah, yaitu ketika jam ayah dan ibunya mengajar di sekolah. aku selalu menanyakan kepada ucu tentang berbagai macam hal, mungkin kita sama-sama berada dalam posisi yang sulit, tak bisa ku bayangkan, gimana ucu yang feminim, harus berusaha menjadi seperti diriku, tapi kalaupun ucu menampakkan sifat aslinya, itu tak akan membuat kak enda marah, karena sosok ucu lah yang selama ini kak enda inginkan ada dalam diri aku.
Aku masih ingat bagaimana kak enda suka menyalahkan dirinya sendiri , karena dia menganggap bahwa dirinya tidak berhasil menjadi kakak yang baik untukku, karena melihat penampilan aku yang seperti cowok, tapi untungnya aku masih berkerudung. Bila sudah membicarakan kak enda aku selalu pingin nangis, ”kak enda, betapa rindunya aku padamu kak, mungkinkah suatu saat kita akan berkumpul lagi kak, dengan kehadiran ucu sekarang, yang mungkin kakak belum menyadarinya”.
Anak bi nur yang pertama namanya Ros, dia usianya kata ucu seusia denganku, dia yang selama ini yang begitu menampakkan kebenciannya padaku, anak bi nur yang kedua namanya miftah, miftah baru duduk di kelas 3 SD, dia yang masih kecil mungkin hanya ikut-ikutan kakaknya saja, biasanya dia suka mengejek saja, dengan mengatakan aku jelek, atau kata-kata yang membuat aku jengkel.
Sedangkan bi yati memiliki tiga orang anak, anak pertama bernama deuis yang sekarang lagi pokus untuk menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas di bandung, dia tidak begitu peduli dengan keadaanku, dia nampaknya lebih bersikap netral, adiknya kak deuis adalah dandi, dandi sekarang duduk di kelas 2 SMP, dia yang suka di suruh oleh ros untuk memukul aku, atau sekedar mendorongku sampai terjatuh, anak yang ke tiga dari bi yati baru berusia dua tahun. jadi yang selalu menganggapku musuh cuman tiga orang saja, yaitu ros, miftah dan dandi.
Ucu mungkin menghadapi kebencian mereka dengan bersikap diam dan sabar, tapi aku punya cara tersendiri, mudah-mudahan saja suatu saat mereka mau menganggapku sebagai saudara mereka dan tidak menganggapku sebagai musuh.
Yang pertama kali aku lakukan yaitu mengetahui apa yang mereka sukai, ternyata yang di sukai sama sama ros adalah belanja dan berdandan, hem berbeda banget ya denganku? sepertinya akan sulit untuk mendekati ros. Sedangkan yang paling di inginkan dandi, dia pingin banget belajar motor, hem mungkin aku akan mendekatinya dengan itu, kayanya mendekati miftah akan lebih mudah, karena walaupun umurnya baru 9 tahun, dia sudah mulai tertarik dengan bela diri, itu kan salah satu hobi aku.
***
Hari minggu pagi ketika matahari mulai terbit, aku sudah di kagetkan dengan suara tangisan dari kamar ibu, cepat-cepat ku pergi ke kamar ibu, tanpa sengaja ku dengar percakapan ibu dan kak deuis anak pertama bi yati.
”wa, is sudah tidak kuat wa, is ingin pergi saja dari sini”
”sabar nak, semua pasti ada jalan keluarnya, kalau kamu pergi, berarti kamu lari dari masalah, masalah ada untuk di hadapi, bukan untuk di hindari sayang”
”tapi kalau is tidak mendapatkan laki-laki dalam 1 minggu ini, ayah dan ibu nanti akan menikahkan is dengan laki-laki pilihan mereka, yang uwa tau sendiri laki-laki yang mereka pilihkan itu seperti apa?”
”iya nak, uwa tau itu, mungkin pintu hati mereka masih belum terbuka sayang, mereka sebenarnya ingin yang terbaik untuk kamu, mereka ingin membuatmu bahagia”
”tapi kebahagiaan itu bukan hanya berasal dari harta kan wa?, harta hanya bersifat sementara, tapi ketinggian akhlak, budi pekerti, agama itu yang lebih utama”
Pembicaraan mereka masih berlangsung, saat aku pergi untuk menjemur pakaian, aku baru tahu kalau kak deuis sering curhat sama ibu sampai berjam-jam, aku jadi semakin kagum sama ibu angkat ucu ini, diam-diam tumbuh rasa sayang yang tulus untuk beliau, mungkinkah bila beliau tau kalau aku uci bukan ucu, beliau akan tetap bersikap baik kepadaku?, alangkah bahagia hatiku bila semua itu terjadi.
”ucu...........ucu.................”
Suara ibu memanggilku, aku pun segera datang menemui ibu.
”iya, bu, ada apa?”
”sayang, kata nenek kamu sekarang bisa naik motor ya?”
Aku terdiam, aku takut ibu akan marah terhadapku.
”ayo kamu ajak kak deuis jalan-jalan, dia butuh udara segar nak”
”i...iya bu.....”
Dengan motor ayah, aku mengajak kak deuis jalan-jalan, jalan kota bandung yang belum terlalu aku hapal, sehingga aku terlihat canggung untuk membawa motor, tapi setelah kak deuis mulai terlihat tenang, dia menawarkan diri untuk menjadi penunjuk jalan, kak deuis mengajakku ke tempat paforitnya, di sepanjang jalan dia cerita panjang lebar, takut salah bicara aku hanya mengangguk, sesekali menjawab iya, atau hanya tersenyum.
Aku penasaran banget, seperti apa tempat paforit kak deuis, ternyata itu adalah sebuah pasar loak, yang menjual buku-buku bekas. Aku takjub sekaligus tak percaya ternyata seorang kak deuis tempat paforitnya seperti ini?. dia hanya tersenyum melihat aku berdiri mematung di tambah lagi bengong.
”ucu, kamu gak usah heran begitu, kamu belum tau saja, keindahan-keindahan yang kamu dapat dari sini, selain kita bisa berhemat, kita juga bisa menemukan buku-buku langka”
Aku belum pernah melihat kak deuis seceria ini, apalagi setelah apa yang dia alami. Ketika kak deuis asyik baca-baca buku, ada seorang laki-laki yang datang, entah menyapa atau bertanya, tapi kalau itu sapaan, menurutku itu sapaan yang aneh.
” jiwa dan raga tak dapat di pisahkan, kecuali maut yang dapat memisahkan”
Seolah sudah hapal dengan kata-kata itu, kak deuis pun langsung melanjutkan.
”karena jiwa tanpa raga akan tiada arti, dan raga tanpa jiwa akan mati”
Sekonyong-konyong kak deuis langsung memeluk laki-laki itu.
”raga, kamu ke mana saja, aku kangen banget”
”jiwa, kamu yang ke mana saja, mengapa jarang nongkrong di sini, mentang-mentang sekarang sudah kuliah, lupa sama ragamu ini?”
Aku tinggalkan mereka berdua untuk ngobrol, mereka tampak akrab banget, mereka juga kelihatan serasi. Ternyata tidak enak juga ya menunggu, rasanya buku yang ku baca ini, sudah ke enam kalinya aku baca ulang, tapi kak deuis tidak beranjak dari tempat duduknya, dia kelihatan asyik mengobrol sampai gak sadar, bahwa aku menunggunya sudah ± 5 jam. kalau saja ibu tidak menelefonnya, entah sampai kapan dia akan tetap mengobrol.
Mendung itu telah berlalu, sekarang wajah kak deuis begitu cerah, apapun yang dia rasakan saat ini, yang pasti mudah-mudahan saja sekarang masalah yang di hadapi kak deuis sudah menemukan jalan keluarnya aamiin.
***
Alhamdulillah sejak kejadian itu, kak deuis menjadi dekat dengan aku, begitupun dengan miftah dan dandi, semua itu membuat keluarga menjadi senang terutama nenek. Cuma ros saja yang tetap membenci aku, Mungkin butuh waktu lama supaya aku dekat dengan Ros.
Laki-laki yang di temui kak deuis ternyata sahabatnya sejak SMA, hubungan mereka yang di mulai dengan persahabatan, berubah menjadi percintaan. Waktu yang membuat mereka sadar, bahwa ada rasa yang lebih yang mereka miliki, bukan sekedar rasa saling menyayangi antara sahabat. Terbukti 3 tahun lebih mereka berpisah, tak lantas membuat mereka saling melupakan, atau membuka pintu hati mereka untuk yang lain.
Bi yati dan suaminya, akhirnya luluh, dan merestui laki-laki yang kak deuis pilih. Akhirnya keluarga sepakat, setelah acara wisuda kak deuis, seminggu setelah itu, acara pernikahan InsyaAllah akan di laksanakan.
***
Aku menceritakan kejadian itu pada ucu, ucu tampak senang sekali.
” Perjalanan cinta seseorang itu memang berbeda-beda ya ci?, kamu sudah tau belum, perjalanan cinta ibu, hingga akhirnya beliau menikah dengan ayah?”
”belum, cu, cerita dong, aku pingin tau”
Ucu lalu menceritakan tentang ibu yang dulu begitu membenci laki-laki, karena laki-laki yang selama ini di kenalnya sangat jahat adanya, suami nenek yang tak lain adalah kakek, telah membuat nenek menderita, nenek tidak diceraikan, namun kakek tidak memberikan nafkah lahir maupun bathin pada nenek, kakek malah sibuk mengurus istri mudanya, hal itu yang membuat nenek sakit-sakitan sampai sekarang. Kakak ibu yang perempuan seperti itu pula, di nikahi oleh pria yang tidak bertanggung jawab, tapi kakak ibu lebih tegar dari pada nenek, kakak ibu memutuskan untuk menjadi TKW ke Malasyia.
Kecantikan paras ibu, keindahan akhlaknya,membuat banyak laki-laki yang ingin meminangnya, tapi ibu tidak mau menerimanya. Sampai di usia ibu yang ke-27 ibu belum juga menikah, sampai akhirnya pintu hati ibu terketuk, setelah melihat kegigihan ayah dan perjuangannya.
”Subhanallah sungguh kisah cinta yang mengharukan”
”sudah dulu ya ci, aku harus masak untuk kak enda”
”cu, tolong jaga kak enda ku”
”tenang saja, kak endamu kan kak endaku juga”
”cu, kapan ya kita akan bertemu, dan berkumpul bersama-sama?”
”tenang ja ci, semua pasti ada waktunya, assalaamu’alaikum”
”wa’alaikum salam.wr.wb.”
Benar kata ucu, semua pasti ada waktunya, otak kita mungkin terlalu dangkal, untuk menyelami, rahasia apa yang terjadi di balik ini semua. ucu, kak enda, uci kangen.......................
.....................bersambung...........................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar